Cara PEMBENIHAN IKAN KOI

Written By gara on Rabu, 10 Oktober 2012 | 20.21

Ikan koi merupakan hasil seleksi keturunan ikan tombro (Cyprinus carpio Linnaeus) yang menganut bentuk tubuh, sisik, warna dan pola warna yang dimiliki. Ikan koi dibedakan dari ikan tombro yang belum melewati sejarah seleksi keturunan, adapun ciri-ciri yang dimiliki yaitu antara lain: bentuk tubuhnya silindris memanjang, kepala bagian depan bembulat, sirip-sirinya kompak dan tampak kuat, mempunyai warna sisik atau warna kulit (sebagian dari anggota koi tidak bersisik) yang jelas, bercorak dan bevariasi. Macam-macam warna dasar yang dimiliki koi antara lanin: putih susu, silver, ptih platinum, coklat, kuning, kuning emas, hitam, merah, dan oranye. Dari warna dasar tersebut di muka pada setiap individu koi dapat mempunayi satu warna atau beberapa warna dan membentuk pola warna tertentu, pola warna demikian pada koi disebut paten. Sebagai contohnya paten kohaku berarti ikan koi mempunyai warna merah dan putih, sanke yang berarti ikan koi mempunyai warna putih, merah dan hitam dan lain sebagainya.
Ikan koi merupakan jenis ikan hias kolam, namun dapat juga dipelihara di akuarium. Jenis ikan hias ini sangat populer dikalangan hobies ikan hias, menjadi koleksi orang-orang berduit, kantor, dan hotel, serta banyak diperjual belikan dengan harga bervariasi dari ribuan rupiah hingga jutaan rupiah. Harga ikan koi ditentukan dari ukuran dan kualitasnya.  Oleh karena itu pembenihan ikan koi sangat menentukan hasil dan keuntungan yang akan diperoleh pembudidaya ikan koi.

Adapun tahapan pembenihan ikan koi agar berhasil maka harus diikuti empat tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan Sarana Pemijahan
Bak semen yang berukuran (2x2x1)m3 dibersihkan dengan cara disikat dan diguyur air mengalir lewat selang plastik. Yakinkan bahwa kolam dalam kondisi bersih, kolam diisi air sedalam 0,3 m. Di dalam air diletakkan kakaban yang dibuat dari ijuk yang dijepit memakai bambu yang dibelah atau memakai tali plastik rapia yang disisir halus dan diikat pada tali yang kemudian membentuk sulak. Kakaban atau “sulak” tali plastik rapia diposisikan mengambang di dalam air, disarankan volumenya 20 % dari ruang kolam. Di dalam air dialiri udara yang bersumber dari aerator, diharapkan nantinya induk ikan koi dan telur yang dihasilkan tidak kekurangan oksigen. Kran pemasukan air sedikit dibuka supaya terjadi pergantian air dan dapat terhindar dari kekurangan air yang dimungkinkan terjadi akibat kebocoran.
2. Pemilihan Induk
Induk ikan koi yang mempunyai kualitas yang baik dan akan dipilih sebagai
induk harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Bentuk tubuh silindris memanjang, proporsional, sirip-sirip mempunyai bentuk standar dan tidak cacat. Warna dasar jelas, batas antara warna jelas yang tidak menunjukkan adanya gradasi. Mempunyai paten yang nyata dan baik, misalnya paten tancho, warna merah pada bagian atas kepala benar-benar bulat, ukurannya proporsional dengan ukuran ikan, tidak terdapat warna merah lainnya di seluruh bagian tubuh ika yang berwarna putih salju. Contoh lain Showa Sanshoku atau showa sanske, terdapat warna putih, hitam dan merah pada seluruh tubuhnya, warna hitam menghiasi kepala bagian atas, sirip dada terdapat warna hitam yang berimbang antara di bagian kanan dan di bagian kiri, dan batas antara warna-warna pembentuk paten tampak jelas, serta  membentuk pola seni yang apik. Panjang tubuhnya minimal 45 cm, berat minimal 1,5 kg,  matang kelamin. Ciri-ciri induk ikan koi  matang kelamin yaitu: Pada jenis kelamin jantan sirip dada di bagian dorsal atau bagian punggung dan tutup insang jika diraba dengan ujung jari telunjuk akan terasa kasar. Induk betina perut nampak buncit, melebar ke arah lateral, samping dan jika ditekan dengan jari tengah akan terasa lembek. Striping tidak perlu dilakukan jika ingin mengetahui tingkat kematangan telur, karena hal ini jika dilakukan akan berpengaruh terhadap kesehatan induk, kualitas telur dan larva yang dihasilkan.
3. Pemijahan Induk
Induk ikan koi yang sudah dipilih diperkirakan beratnya, misal jika ukuran berat yang jantan lebih dari yang betina maka sebaiknya pemijahan mengunakan perbandingan jumlah induk 1 jantan dengan 2 betina, hal ini diharapkan jumlah telur yang dihasilkan sebanding dengan jumlah sperma. Setelah air di kolam pemijahan dibiarkan selama 24 jam, tetapkan waktu memasukkan induk ikan koi yang akan dimijahkan, biasanya di waktu sore hari, kira-kira pukul 17.00 jika di Indonesia bagian barat. Pemantauan pemijahan perlu dilakukan untuk menghindari telur yang sudah dihasilkan akan di makan kembali oleh induk yang dalam kondisi lapar habis melakukan perkawinan. Segerakan induk diangkat jika proses perkawinan selesai, kembalikan induk ke dalam kolam induk.
4. Perawatan Larva
Setelah waktu 2-3 hari telur-telur akan menetas, larva ikan koi dapat dilihat dengan mata telanjang jika larva sedang bergerak. Larva ikan koi akan bertahan hidup tanpa diberi pakan sampai hari ketiga karena adanya cadangan pakan pada perutnya. Cadangan pakan yang ada pada larva baru akan habis pada hari ketiga. Pada awal pemeliharaan larva  berikan pakan berupa kuning telur yang direbus dan sudah halus, atau berikan Rotifera jika ada. Pakan  dapat juga berupa pakan buatan pabrik yang dikhususkan untuk pemeliharaan larva ikan koi. Pada hari keenam atau ketujuh kakapan atau “sulak” tali plastik rapia dapat diangkat dengan cara hati-hati, agar larva tidak ikut tersangkut maka sebaiknya diguyur dengan  melalui selang plastik terlebih dahulu sebelum dipindahkan keluar dari kolam pemijahan.
5. Perawatan  dan Seleksi Bibit
Setelah larva ikan koi berumur 15 hari dari waktu pemijahan,  larva selanjutnya dapat disebut bibit ikan koi. Bibit ikan koi dapat dipindahkan dari kolam pemijahan atau kolam larva menuju ke kolam pemeliharaan bibit. Berikan waktu penyesuaian diri di kolam pemeliharaan bibit, baru setelah 1 hari dapat diberi pakan.  Pada umur itu bibit ikan koi sudah dapat diberi pakan berupa cacing sutera (Tubifex sp), tentu saja yang berkualitas baik. Sistem seleksi dilakukan dengan cara memilih bibit-bibit ikan koi yang berkualitas dan dipisahkan dari yang tidak  dipilih. Sistem seleksi bibit ikan koi yakni dilakukan secara bertingkat, untuk mendapat ikan koi yang benar-benar berkualitas. Seleksi pertama kali sebaiknya dilakukan seleksi setelah bibit berumur 60 hari.  Seleksi bibit pada umur 60 hari dilakukan untuk menghindari pakan yang dimakan bibit yang tidak berkualitas lebih banyak lagi. Tetapi jika seleksi yang pertama  dilakukan pada umur 90 hari akan lebih mudah menentukan bibit  yang mempunyai kualitas baik. Sistem seleksi dengan cara memilih bibit-bibit ikan yang berkualitas dan memisahkan dari yang tidak lolos seleksi.
 
smbr:lintangluku

0 komentar:

Posting Komentar