Ikan koi merupakan hasil seleksi keturunan ikan tombro (Cyprinus carpio
Linnaeus) yang menganut bentuk tubuh, sisik, warna dan pola warna yang
dimiliki. Ikan koi dibedakan dari ikan tombro yang belum melewati
sejarah seleksi keturunan, adapun ciri-ciri yang dimiliki yaitu antara
lain: bentuk tubuhnya silindris memanjang, kepala bagian depan bembulat,
sirip-sirinya kompak dan tampak kuat, mempunyai warna sisik atau warna
kulit (sebagian dari anggota koi tidak bersisik) yang jelas, bercorak
dan bevariasi. Macam-macam warna dasar yang dimiliki koi antara lanin:
putih susu, silver, ptih platinum, coklat, kuning, kuning emas, hitam,
merah, dan oranye. Dari warna dasar tersebut di muka pada setiap
individu koi dapat mempunayi satu warna atau beberapa warna dan
membentuk pola warna tertentu, pola warna demikian pada koi disebut
paten. Sebagai contohnya paten kohaku berarti ikan koi mempunyai warna
merah dan putih, sanke yang berarti ikan koi mempunyai warna putih,
merah dan hitam dan lain sebagainya.
Ikan koi merupakan jenis ikan hias
kolam, namun dapat juga dipelihara di akuarium. Jenis ikan hias ini
sangat populer dikalangan hobies ikan hias, menjadi koleksi orang-orang
berduit, kantor, dan hotel, serta banyak diperjual belikan dengan harga
bervariasi dari ribuan rupiah hingga jutaan rupiah. Harga ikan koi
ditentukan dari ukuran dan kualitasnya. Oleh karena itu pembenihan ikan
koi sangat menentukan hasil dan keuntungan yang akan diperoleh
pembudidaya ikan koi.
Adapun tahapan pembenihan ikan koi agar berhasil maka harus diikuti empat tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan Sarana Pemijahan
Bak semen yang berukuran (2x2x1)m3 dibersihkan
dengan cara disikat dan diguyur air mengalir lewat selang plastik.
Yakinkan bahwa kolam dalam kondisi bersih, kolam diisi air sedalam 0,3
m. Di dalam air diletakkan kakaban yang dibuat dari ijuk yang dijepit
memakai bambu yang dibelah atau memakai tali plastik rapia yang disisir
halus dan diikat pada tali yang kemudian membentuk sulak. Kakaban atau
“sulak” tali plastik rapia diposisikan mengambang di dalam air,
disarankan volumenya 20 % dari ruang kolam. Di dalam air dialiri udara
yang bersumber dari aerator, diharapkan nantinya induk ikan koi dan
telur yang dihasilkan tidak kekurangan oksigen. Kran pemasukan air
sedikit dibuka supaya terjadi pergantian air dan dapat terhindar dari
kekurangan air yang dimungkinkan terjadi akibat kebocoran.
2. Pemilihan Induk
Induk ikan koi yang mempunyai kualitas yang baik dan akan dipilih sebagai
induk harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Bentuk tubuh silindris memanjang, proporsional, sirip-sirip mempunyai bentuk standar dan tidak cacat. Warna dasar jelas, batas antara warna jelas yang tidak menunjukkan adanya gradasi. Mempunyai paten yang nyata dan baik, misalnya paten tancho, warna merah pada bagian atas kepala benar-benar bulat, ukurannya proporsional dengan ukuran ikan, tidak terdapat warna merah lainnya di seluruh bagian tubuh ika yang berwarna putih salju. Contoh lain Showa Sanshoku atau showa sanske, terdapat warna putih, hitam dan merah pada seluruh tubuhnya, warna hitam menghiasi kepala bagian atas, sirip dada terdapat warna hitam yang berimbang antara di bagian kanan dan di bagian kiri, dan batas antara warna-warna pembentuk paten tampak jelas, serta membentuk pola seni yang apik. Panjang tubuhnya minimal 45 cm, berat minimal 1,5 kg, matang kelamin. Ciri-ciri induk ikan koi matang kelamin yaitu: Pada jenis kelamin jantan sirip dada di bagian dorsal atau bagian punggung dan tutup insang jika diraba dengan ujung jari telunjuk akan terasa kasar. Induk betina perut nampak buncit, melebar ke arah lateral, samping dan jika ditekan dengan jari tengah akan terasa lembek. Striping tidak perlu dilakukan jika ingin mengetahui tingkat kematangan telur, karena hal ini jika dilakukan akan berpengaruh terhadap kesehatan induk, kualitas telur dan larva yang dihasilkan.
induk harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Bentuk tubuh silindris memanjang, proporsional, sirip-sirip mempunyai bentuk standar dan tidak cacat. Warna dasar jelas, batas antara warna jelas yang tidak menunjukkan adanya gradasi. Mempunyai paten yang nyata dan baik, misalnya paten tancho, warna merah pada bagian atas kepala benar-benar bulat, ukurannya proporsional dengan ukuran ikan, tidak terdapat warna merah lainnya di seluruh bagian tubuh ika yang berwarna putih salju. Contoh lain Showa Sanshoku atau showa sanske, terdapat warna putih, hitam dan merah pada seluruh tubuhnya, warna hitam menghiasi kepala bagian atas, sirip dada terdapat warna hitam yang berimbang antara di bagian kanan dan di bagian kiri, dan batas antara warna-warna pembentuk paten tampak jelas, serta membentuk pola seni yang apik. Panjang tubuhnya minimal 45 cm, berat minimal 1,5 kg, matang kelamin. Ciri-ciri induk ikan koi matang kelamin yaitu: Pada jenis kelamin jantan sirip dada di bagian dorsal atau bagian punggung dan tutup insang jika diraba dengan ujung jari telunjuk akan terasa kasar. Induk betina perut nampak buncit, melebar ke arah lateral, samping dan jika ditekan dengan jari tengah akan terasa lembek. Striping tidak perlu dilakukan jika ingin mengetahui tingkat kematangan telur, karena hal ini jika dilakukan akan berpengaruh terhadap kesehatan induk, kualitas telur dan larva yang dihasilkan.
3. Pemijahan Induk
Induk
ikan koi yang sudah dipilih diperkirakan beratnya, misal jika ukuran
berat yang jantan lebih dari yang betina maka sebaiknya pemijahan
mengunakan perbandingan jumlah induk 1 jantan dengan 2 betina, hal ini
diharapkan jumlah telur yang dihasilkan sebanding dengan jumlah sperma.
Setelah air di kolam pemijahan dibiarkan selama 24 jam, tetapkan waktu
memasukkan induk ikan koi yang akan dimijahkan, biasanya di waktu sore
hari, kira-kira pukul 17.00 jika di Indonesia bagian barat. Pemantauan
pemijahan perlu dilakukan untuk menghindari telur yang sudah dihasilkan
akan di makan kembali oleh induk yang dalam kondisi lapar habis
melakukan perkawinan. Segerakan induk diangkat jika proses perkawinan
selesai, kembalikan induk ke dalam kolam induk.
4. Perawatan Larva
Setelah
waktu 2-3 hari telur-telur akan menetas, larva ikan koi dapat dilihat
dengan mata telanjang jika larva sedang bergerak. Larva ikan koi akan
bertahan hidup tanpa diberi pakan sampai hari ketiga karena adanya
cadangan pakan pada perutnya. Cadangan pakan yang ada pada larva baru
akan habis pada hari ketiga. Pada awal pemeliharaan larva berikan pakan
berupa kuning telur yang direbus dan sudah halus, atau berikan Rotifera
jika ada. Pakan dapat juga berupa pakan buatan pabrik yang dikhususkan
untuk pemeliharaan larva ikan koi. Pada hari keenam atau ketujuh
kakapan atau “sulak” tali plastik rapia dapat diangkat dengan cara
hati-hati, agar larva tidak ikut tersangkut maka sebaiknya diguyur
dengan melalui selang plastik terlebih dahulu sebelum dipindahkan
keluar dari kolam pemijahan.
5. Perawatan dan Seleksi Bibit
Setelah
larva ikan koi berumur 15 hari dari waktu pemijahan, larva selanjutnya
dapat disebut bibit ikan koi. Bibit ikan koi dapat dipindahkan dari
kolam pemijahan atau kolam larva menuju ke kolam pemeliharaan bibit.
Berikan waktu penyesuaian diri di kolam pemeliharaan bibit, baru setelah
1 hari dapat diberi pakan. Pada umur itu bibit ikan koi sudah dapat
diberi pakan berupa cacing sutera (Tubifex sp), tentu saja yang
berkualitas baik. Sistem seleksi dilakukan dengan cara memilih
bibit-bibit ikan koi yang berkualitas dan dipisahkan dari yang tidak
dipilih. Sistem seleksi bibit ikan koi yakni dilakukan secara
bertingkat, untuk mendapat ikan koi yang benar-benar berkualitas.
Seleksi pertama kali sebaiknya dilakukan seleksi setelah bibit berumur
60 hari. Seleksi bibit pada umur 60 hari dilakukan untuk menghindari
pakan yang dimakan bibit yang tidak berkualitas lebih banyak lagi.
Tetapi jika seleksi yang pertama dilakukan pada umur 90 hari akan lebih
mudah menentukan bibit yang mempunyai kualitas baik. Sistem seleksi
dengan cara memilih bibit-bibit ikan yang berkualitas dan memisahkan
dari yang tidak lolos seleksi.
0 komentar:
Posting Komentar